Batam – Dinamika politik jelang Pilkada Kepri 2020 semakin menarik seiring dengan kian dekatnya tahapan pelaksanaan Pilkada Desember mendatang. Setelah munculnya duet Soerya Respationo-Iman Sutiawan yang diusung oleh koalisi PDIP, Gerindra dan PKB, kini giliran Partai Golkar dan Nasdem yang akhirnya membuat poros baru dengan memasang duet Ansar Ahmad-Marlin Agustina untuk ikut kontestasi memperebutkan posisi Kepri satu dan dua.
Duet Ansar-Marlin, yang sebelumnya juga pernah diisukan akan berpasangan, dinilai sejumlah kalangan tidak terlalu mengejutkan dan pada saat yang sama langsung memiliki beban isu yang harus dijawabnya. Isu itu berkait dengan penyelenggaraan pilkada serentak di Provinsi Kepri dimana saat Pilgub Kepri berlangsung, saat yang sama Pilkada Bintan dan Pilkada Batam juga berlangsung. Di Pilkada Bintan anak kandung Ansar Ahmad diisukan maju sebagai kandidat wakil bupati. Sementara di Pilkada Batam, Muhammad Rudi suami dari Marlin Agustina juga maju kembali menpertahankan jabatan walikota. Hal itu diungkapkan oleh Pengamat Politik sekaligus Direktur Lembaga Survei Politik Indonesia (LSPI), Rachmayanti Kusumaningtias.
“Suami istri yang sama-sama maju di pilkada di daerah yang sama pasti akan pecah konsentrasinya. Demikian juga Bapak dan anak yang sama-sama maju di pilkada akan menghadapi masalah yang sama. Itu artinya pasangan Ansar-Marlin ini sedari awal sudah punya beban yang harus mereka tanggung,” ujar Rachmayanti saat dihubungi, Senin (12/7).
Rachmayanti juga mengingatkan bahwa Ansar Ahmad merupakan sosok yang kalah dalam Pilkada Kepri tahun 2015 lalu. Kekuatan Ansar masih terfokus di bekas daerah yang dipimpinnya sewaktu menjabat bupati yakni di Kabupaten Bintan. Namun kondisinya sekarang sudah berbeda, karena Bintan kini dipimpin kader Partai Demokrat Apri Sujadi, sementara Partai Demokrat tidak terdengar akan mengusung Ansar.
“Jadi intinya pasangan Ansar-Marlin ini cukup punya beban untuk memenangkan kontestasi, mereka harus berjuang melawan isu dinasti dan the loser,” ujarnya.
Ketika ditanya soal poros Isdianto yang gagal berpasangan dengan Marlin atau Ansar, Rachmayanti mengatakan bahwa Isdianto dipandang terlalu lamban dalam proses negosiasi pengusungan paslon. Isdianto menurutnya terlalu meniru gaya Gubernur Muhammad Sani yang situasi dan kondisinya jelas berbeda dengan keadaan kini.
“Isdianto ini tentu saja punya kesempatan lebih luas karena masih tersisa banyak partai yang belum menyatakan resmi mengusung siapa-siapa. Ada Partai Demokrat, PPP, PAN dan PKS yang belum mengumumkan ke publik siapa pasangan yang akan diusungnya. Ini kalau bisa dimanfaatkan dengan cepat, sekali lagi saya kasih stressing, dengan cepat ya. Isdianto bisa diusung oleh partai-partai itu melengkapi Partai Hanura sudah memberi signal terang akan mengusung lebih dulu,” ungkapnya.
Rachmayanti memprediksi Pilkada Kepri akan diikuti oleh tiga paslon dan akan terjadi kontestasi yang seru. Bila Isdianto mampu mencari pasangannya dengan cepat dan tepat, peluang menang masih ada di kubunya, baik berpasangan dengan Suryani dari PKS atau dengan Ria Saptarika dari DPD RI.
“Argumen saya masih sama yakni sepanjang Isdianto mampu mengkonsolidasikan suara pemilih Sanur (Sani-Nurdin,red) di pilkada 2015 lalu ia akan punya kesempatan menang kebih besar. Itu karena kekuatan Soerya dan Ansar yang dulu bersatu di pilkada 2015, kini berpisah. Saat bersatu saja mereka kalah, apalagi kini berpencar,” pungkasnya. (ind)