INDOPOLITIKA.COM – Nadiem Anwar Makarim menyampaikan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah merumuskan kebijakan baru bertajuk Kampus Merdeka. Melalui kebijakan tersebut, mahasiswa nantinya dibebaskan mengambil mata kuliah di luar program studi (prodi) dan di luar kampusnya atau magang.
Kebijakan ini menurut Nadiem, hanya akan mengubah peraturan menteri dan tidak sampai mengubah peraturan pemerintah atau pun undang-undang.
“Perguruan tinggi wajib memberikan hak bagi mahasiswa untuk secara sukarela,” kata Nadiem dalam rapat koordinasi kebijakan pendidikan tinggi di Gedung D kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Jumat (24/1/2020).
Sukarela yang dimaksud Nadiem adalah mahasiswa boleh mengambil atau pun tidak Satuan Kredit Semester (SKS) di luar kampusnya sebanyak dua semester atau setara dengan 40 SKS. Mahasiswa juga dapat mengambil SKS di prodi lain di dalam kampusnya sebanyak satu semester dari total semester yang harus ditempuh.
“Ini bukan pemaksaan. Kalau mahasiswa ingin 100 persen itu mau di prodi asal, itu hak mereka. Ini hanya opsi bagi mahasiswa boleh milih sampai dengan tiga semester di luar prodi. Dari tiga semester itu, dua semester harus diberikan jaminan hak kepada mahasiswa di luar kampus,” ujar Nadiem.
Namun, Kebijakan ini tidak berlaku untuk prodi kesehatan.
Lebih lanjut Nadiem menjelaskan terdapat perubahan defines Satuan Kredit Semester (SKS). Setiap SKS kini diartikan sebagai ‘jam kegiatan’ bukan lagi ‘jam belajar’.
Nadiem melihat saat ini bobot SKS untuk kegiatan pembelajaran di luar kelas sangat kecil dan tidak adil bagi mahasiswa yang sudah mengorbankan banyak waktu. Bahkan di banyak kampus, pertukaran pelajar atau praktik kerja (magang) justru menunda kelulusan mahasiswa.
Nadiem menyebutkan jenis kegiatan yang masuk dalam pengertian SKS yang baru dapat berupa belajar di kelas, magang di industri atau organisasi, pertukaran pelajar, pengabdian masyarakat, wirausaha, riset, studi independen, maupun kegiatan mengajar di daerah terpencil.
Kebijakan baru tersebut, kata Nadiem, dimaksudkan untuk mempersiapkan mahasiswa yang lebih kompeten di dunia kerja. Dia mengibaratkan program ini dapat melatih mahasiswa untuk bisa berenang di laut lepas yang penuh gelombang, tidak hanya di kolam renang yang aman.
“Untuk mengubah sistem S1 yang bisa benar-benar mempersiapkan mahasiswa kita untuk berenang di laut terbuka, yaitu dunia nyata,” kata Nadiem. [rif]