Crazy Rich Tanjung Priok Tak Terima Menkumham Ngatain Daerahnya sebagai Wilayah Kriminal

INDOPOLITIKA.COM Politisi asal Tanjung Priok, Ahmad Sahroni mengingatkan agar Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly tidak mengeneralisir suatu daerah seperti Tanjung Priok ataupun wilayah lain dengan kriminalitas.

Sebelumnya, dalam kunjungan ke Lapas Narkotika Kelas IIA Jatinegara, Jakarta, Kamis (16/1/2020), Yasonna menyebut bahwa kemiskinan adalah sumber tindakan kriminal. Dalam sambutannya itu Yasonna mencontohkan bahwa anak yang lahir dari kawasan Tanjung Priok yang terkenal keras dan Menteng yang terkenal sebagai kawasan elite, dia akan tumbuh besar dengan cara berbeda.

Bacaan Lainnya

“Yang membuat itu menjadi besar adalah penyakit sosial yang ada. Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin. Slum areas (daerah kumuh), bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak, tapi coba pergi ke Tanjung Priok. Di situ ada kriminal, lahir dari kemiskinan,” sebut Yasonna.

Wakil Ketua Komisi III DPR RI ini mengingatkan Yasonna agar lebih berhati-hati dalam memberikan pernyataan. Terutama karena dirinya adalah sosok pejabat publik.

“Pak Yasonna harus lebih bijak dalam menyampaikan statement, karena beliau ini kan Menkumham. Pernyataan seperti ini kurang cakap muncul dari seorang Menkumham. Memang benar banyak kriminal muncul dari wilayah yang miskin, namun beliau tidak boleh generalisasi. Tidak semua anak Tanjung Priok seperti itu,” ujar Sahroni Jum’at (17/1/2020).

Dirinya mencontohkan, terlahir di Tanjung Priok yang tumbuh besar di lingkungan keras tak membuat Sahroni terjerumus ke hal-hal negatif.

“Saya berasal asli dari Tanjung Priok, lahir dan besar di sini dengan kawasan daerah preman, namun hal ini bukan berarti saya preman. Jadi tidak bisa digeneralisasi atas asal daerahnya, tapi balik lagi ke individunya masing-masing. Menkumham jangan mengeneralisir anak Priok Pelaku Kejahatan,” ucap Sahroni.

Ia menceritakan, pada masa lalu Jakarta Utara, khususnya Tanjung Priok memang lekat dengan premanisme dan kejahatan lain seperti narkoba. Namun kondisi saat ini tak serta merta bisa disamakan dengan masa lalu. “Kalau dulu kita berjalan di kawasan Priok malam hari selalu merasa khawatir. Peredaran narkoba juga berkurang jauh. Sekarang kriminalitas berkurang jauh. Jajaran Polri terus menindak pelaku kejahatan dan menciptakan Kantibmas di kawasan Priok,” ucapnya.

Sahroni tak menampik Priok di masa lalu adalah  wilayah yang begitu lekat dengan kemiskinan dan kriminal. Praktik pencurian, perampokan, pembunuhan dan narkoba kala itu adalah pemandangan sehari-hari yang umum terjadi.

Namun, beberapa tahun belakangan, stigma buruk itu mulai terkikis oleh kesadaran semua elemen masyarakat. Baik perangkat penegak hukum, pelaku usaha, pemerintah daerah, pemuka agama, maupun masyarakat sipil.

“Pak Menteri mungkin sudah lama tidak berkunjung ke Priok sehingga kurang bisa membandingkan wajah Priok di masa lalu dengan masa kini,” kata Sahroni.

Politisi yang lahir, besar dan hingga kini masih berdomisili di Priok tersebut kemudian menjabarkan bahwa sinergi antar elemen masyarakat secara nyata telah mampu menekan angka kejahatan di Priok secara khusus maupun Jakarta Utara secara umum, tahun demi tahun.

Sebagai gambaran, Polres Jakarta Utara melaporkan terjadi konsistensi penurunan angka kriminalitas di beberapa tahun terakhir. Data terbaru, Polres Metro Jakarta Utara menangani 1.695 kasus tindak pidana di sepanjang 2019, menurun 7 persen dibanding 2018 sebanyak 1.735 kasus. [rif]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *