INDOPOLITIKA.COM- Cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Wahab Chasbullah, Agus Solachul Aam Wahib alias Gus Aam, prihatin melihat kondisi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) saat ini.
“Saat ini PBNU betul-betul dalam keadaan ‘sakit’. Kalau saya bilang sakitnya parah sekali,” kata Gus Aam saat menghadiri peringatan Maulid Nabi yang digelar Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Minggu (29/12/2019).
Lebih lanjut Gus Aam membeberkan kondisi ‘sakit parah’ yang dialami PBNU.
Pertama, kata dia, organisasi Islam yang berdiri sejak 1926 itu terpecah menjadi dua kubu, yaitu kubu struktural atau pengurus organisasi yang tergabung dalam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan kubu kultural merujuk kepada anggota yang tidak menjadi pengurus.
Gus Aam menilai anggota kubu struktural PBNU cenderung melahirkan kebijakan yang melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD ART).
Untuk menyembuhkan penyakit itu, Gus Aam tengah merancang pertemuan kiai dan zuriah (tokoh ulama keturunan pendiri NU) di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta guna membahas perkembangan NU terkini.
Rencananya pertemuan itu akan digelar secara maraton. Pertama di Jawa Timur pada Februari mendatang, lalu menyusul pertemuan di Jawa Tengah pada Maret. Kemudian pertemuan kiai dan zuriah dilanjutkan pada April di Jawa Barat, kemudian hasil akhir akan dibawa ke DKI Jakarta.
“Mudah-mudahan dalam waktu dekat kami bisa dialog, komunikasi, dan musyawarah dengan PBNU bahwa yang dilakukan di kepengurusan PBNU banyak yang keliru, salah, dan melanggar AD ART NU,” paparnya.
Penyakit parah kedua, lanjut Gus Aam, adalah ajaran NU yang merujuk kepada ahlussunnah wal jama’ah telah banyak disusupi oleh mazhab (aliran) tertentu. Akibatnya melenceng dari kaidah ahlussunnah wal jama’ah itu sendiri.
Dulu, lanjut Gus Aam, anggota NU senantiasa menjaga kerukunan dalam tubuh NU sendiri maupun dengan organisasi lainnya seperti Muhammadiyah.
Untuk menyembuhkan penyakit ini, Gus Aam tengah meracik pembentukan komite khitah, yang nantinya bertanggung jawab untuk membawa NU kembali kepada khittah atau jati dirinya. Dia berharap para kiai dan zuriah dapat ikut serta dalam Muktamar NU yang akan diselenggarakan pada Oktober 2020 mendatang.
“Sehingga kami bisa mewarnai, bisa membentuk NU harus kepada jati dirinya dan khitah-nya sehingga kami bisa berjuang seperti dulu kala,” katanya.[sgh]