Hoaks Virus Corona Merajalela, Pemeriksa Fakta di 30 Negara Turun Tangan

  • Whatsapp

INDOPOLITIKA.COM – Video-video sup kelelawar yang menyesatkan, jumlah korban tewas yang sangat banyak, obat-obatan dari dukun hingga ditemukan vaksin penyembuh, adalah contoh sederet informasi sesat alias hoaks global yang semakin parah dan menambah kekhawatiran publik tentang coronavirus sehingga memicu stereotip rasial.

Mengantisipasi kian merajalelanya hoaks ini, setidaknya 50 organisasi pemeriksa fakta di 30 Negara turun tangan. “Saya telah mendengar dan membaca berbagai informasi di berbagai media sosial, yang disebarkan banyak orang. Salah satunya agar menggunakan pengering rambut untuk mendisinfeksi wajah dan tangan Anda, atau minum air panas 60 derajat agar tetap sehat,” kata Phoebe, salah seorang dokter Hong Kong, berbicara kepada AFP, Kamis (30/1/020).

Muat Lebih

Dokter berusia 40 tahun itu merasa kecewa dengan beberapa pesan yang muncul di grup Whatsapp keluarganya dalam beberapa hari terakhir. “Saya juga melihat sebuah pos dibagikan dalam grup Facebook yang memberi tahu orang untuk minum Dettol,” tambahnya, merujuk pada desinfektan rumah tangga.

Para peneliti mengatakan aplikasi internet dan chat penuh dengan informasi tentang Virus Corona ini. Sejak kemunculan virus ini di pusat kota Wuhan Cina, informasi hoaks pun menyebar dengan begitu cepat.

Cristina Tardaguila, dari Poynter Institute for Media Studies, mengatakan lebih dari 50 organisasi pemeriksa fakta di 30 negara harus menangani masalah ini. Setidaknya ada informasi yang disebar terkait virus ini.

“Satu tentang asal-usul virus; tentang paten palsu, dan yang ketiga tentang bagaimana mencegahnya/menyembuhkannya,” katanya kepada AFP.

Sementara tim pengecekan fakta AFP sendiri telah menghadapi banjir misinformasi yang menyebabkan kebingungan dan ketakutan, termasuk klaim informasi yang beredar di Sri Lanka bahwa akan ada 11 juta orang akan mati akibat virus ini.

Yang lain adalah laporan palsu di Australia yang mencantumkan merek dan lokasi makanan umum di Sydney yang diduga tercemar, sementara beberapa pos mendorong gagasan keliru bahwa air asin dapat membunuh virus ini.

Beberapa informasi keliru lainnya yakni kebiasaan makan orang Cina, yang akhirnya memicu stereotip rasis. Salah satu video yang menjadi sangat viral adalah video seorang wanita yang memakan sup kelelawar.

Rekaman itu, yang juga diambil oleh outlet media tabloid barat, dielu-elukan sebagai bukti bahwa selera China terhadap hewan eksotik telah menyebabkan virus ini.

Tetapi terungkap bahwa video itu diambil pada tahun 2016 di pulau Pasifik Palau oleh seorang blogger perjalanan Cina. Fakta bahwa beberapa media yang memuat rekaman itu, kemudian akhirnya menarik berita yang beredar.

“Coronavirus adalah pengaturan klasik untuk penyebaran desas-desus yang diinkubasi dalam suasana ketakutan dan ketidakpastian,” kata Robert Bartholomew, seorang sosiolog medis di New Zeland yang telah menulis buku tentang kepanikan publik.[asa]

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *