Ibaratkan Perang, Panglima TNI Bongkar Kelemahan Indonesia Hadapi Covid-19

INDOPOLITIKA.COM – Penanggulangan pandemi coronavirus disease 2019 (COVID-19) dianalogikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai sebuah peperangan yang mana virus tersebut sebagai musuhnya.

Pada perang ini, menurut Hadi, negara mengerahkan segala sumber dayanya untuk mengalahkan pandemi global itu. Namun Saat semua komponen bersatu, semua pihak tersadar banyak sektor yang belum dapat menopang kebutuhan dalam negeri untuk kemudian bangkit sebagai bangsa yang mandiri.

Bacaan Lainnya

“Seluruh komponen harus bersatu. Saat itulah kita baru tersadar ternyata sektor industri kita belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri,” kata Hadi saat berbicara di Wisuda Daring Periode II Tahun 2020 Universitas Sebelas Maret (UNS), Sabtu (2/5/2020).

Untuk melawan Covid-19, diperlukan alat tes cepat, PCR, dan reagennya. Namun, lagi-lagi itu semua belum dapat diproduksi dalam negeri. Begitu juga dengan masker, di mana Indonesia mengeskpor masker medis ke banyak negara, tapi bahan bakunya masih didapatkan dari hasil impor.

“Kondisi tersebut kemudian menggugah dunia pendidikan, dunia penelitian, dan industri dalam negeri. Lembaga pendidikan tinggi, lembaga riset dan industri berupaya memproduksi alat kesehatan yang dibutuhkan untuk melawan Covid-19,” tuturnya.

Selain lembaga pendidikan tinggi, lembaga riset, dan industri, masyarakat luas juga membuat masker kain untuk keperluan pemakaian sehari-hari. Bahkan sebagian masyarakat mendonasikan produknya ke sesama masyarakat.

“Semangat adaptasi kita tergugah, semangat persatuan dan kesatuan kita tersentuh,” kata Hadi.

Kekurangan juga muncul di sektor pangan. “Indonesia dapat mengalami kesulitan mengimpor bahan pangan karena negara-negara eksportir itu juga berupaya mengamankan kebutuhan dalam negerinya,” ucap Hadi.

Pria kelahiran Malang itu menambahkan, kondisi itu harus menjadi momentum bagi Indonesia untuk berbenah. Menurutnya, Indonesia dengan penduduk dan wilayahnya memiliki potensi yang dahsyat untuk menjadi negara maju.

“Pekerjaan rumah sangat panjang. Belajarlah dari sejarah. Tidak ada negara maju yang mencapai kemajuannya secara instan,” tutur mantan sekretaris militer kepresidenan itu [rif]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *