INDOPOLITIKA.COM – Indonesia berduka. Salah satu sosok yang kerap turun memberikan pertolongan ke berbagai daerah konflik, baik nasional maupun internasional menghembuskan nafas terakhirnya. Ya, Joserizal Jurnalis.
Aktivis kemanusian, pendiri Mer-C meninggal sekira pukul 00.38, Senin (20/1/2020) dinihari setelah dirawat beberapa waktu karena terkena sakit jantung. Meski sakit, ayah tiga anak ini diketahui acapkali tetap melakukan kegiatan kemanusiaan yang sudah menjadi konsen perjuangannya.
Jenazah Joserizal disemayamkan di Pendopo Silaturahim, Cibubur, Bekasi. Kemudian, almarhum disalatkan di Masjid Silaturahim usai zuhur dan dimakamkan di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur.
Mengutip laman Wikipedia, Joserizal lahir di Padang, Sumatra Barat, 11 Mei 1963. Ia merupakan dokter sekaligus aktivis yang membantu masyarakat korban perang. Jose menyelesaikan pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan mengambil spesialis bedah orthopedi dan traumatologi.
Joserizal menikah dengan istrinya saat ini, Dian Susilawati dan telah dikaruniai tiga orang anak, yakni Aisha, Nabila, dan Saladin. Ia merupakan putra dari Jurnalis Kamil, seorang akademisi yang pernah menjabat Rektor Universitas Andalas, Padang, Sumatra Barat pada periode 1984-1993, sedangkan ibunya, Zahara Idris juga seorang akademisi.
Terusik Ketika Ada Bencana dan konflik
Joserizal benar-benar sosok tegas yang gampang terusik ketika ada konflik maupun bencana. Maka tidak mengherankan, Jose kerap langsung turun tangan memberikan pertolongan. Jasa-jasanya untuk korban konflik maupun bencana sudah tak terhitung lagi.
Beberapa wilayah konflik yang cukup fenomenal didatangi Joserizal adalah saat turun di Maluku, Mindanao, Afghanistan, Irak, dan Gaza.
Dalam melakukan tugasnya di daerah konflik Jose sering mengalami keterbatasan peralatan. Di Maluku misalnya, dia harus mengamputasi kaki dengan gergaji kayu. Sementara di Afghanistan, dia sempat kehabisan jarum suntik.
Menurut Presidium MER-C Arief Rachman, Joserizal adalah tipe orang yang peduli saat melihat adanya dilema sosial atau kemanusiaan. “Beliau selalu terusik perasaannya ketika ada bencana, konflik, ketidakadilan dan itu mengundang beliau untuk beraksi sendiri maupun mengajak orang lain,” kata Arief Rachman, Senin (20/1/2020).
Menurut Arief, Joserizal mampu memediasi sebuah konflik lewat diplomasi kemanusiaan. Langkah itu bahkan bisa dilakukan sebelum ada negosiasi yang sifatnya politis. Joserizal melakukan ini dalam konflik di Gaza, Palestina atau Rohingya, Myanmar, bahkan Poso. “Itu menjadi paradigma baru bagi kami para juniornya untuk bekerja di daerah bencana, apalagi daerah konflik yang sifatnya sosial,” terang Arif.[asa]
.