INDOPOLITIKA.COM- Melanjutkan artikel Jakarta kota air dan konsep kanalisasi di Ibukota, sejarawan JJ Rizal menyayangkan konsep kanalisasi peninggalan Belanda yang terbukti gagal dalam mengatasi limpasan air dari hulu masih saja diteruskan oleh para gubernur Jakarta.
Para gubernur-gubernur Jakarta terdahulu, bukannya membentuk Jakarta menjadi kota biru sekaligus kota hijau, malah menjadikan Jakarta sebagai kota abu-abu.
“Kota abu-abu. Kota yang dipenuhi dengan aspal dan beton melulu,” celetuk JJ seperti dikutip dari wawancara kanal youtube Watchdoc Documentary yang dirilis pada Kamis (09/01/2020).
Kota hijau yang dimaksud JJ adalah kota yang dihiasi dengan rerimbunan pohon. Sementara kota biru adalah kota yang sanggup mengelola limpasan air dari hulu dengan menyimpannya di dalam tanah. Dengan begitu ekosistem di Jakarta bisa tetap terjaga.
Sebenarnya, kata JJ, dalam perjalanan panjangnya, aliran sungai Ciliwung itu membentuk dirinya sedemikian rupa. Aliran sungai Ciliwung terbentuk berkelok-kelok sebagai bagian dari upaya dia sendiri untuk menahan limpasan air sehingga bisa diresapkan terlebih dulu ke tanah. Selain itu aliran sungai Ciliwung juga memiliki ruang untuk berhenti ‘parkir’ agar arus tidak menjadi besar ketika sampai di muara.
Dan muara sungai Ciliwung dulu itu begitu lebar alirannya. Namun kini, kata JJ, yang terjadi justru sebaliknya. Muara sungai Ciliwung justru ‘dibendung’ dengan dibuat pulau reklamasi.
“Pola kehidupan warga Jakarta pun sekarang berbalik, Rumahnya (maaf) mantatin sungai. sungainya dianggap tong sampah raksasa. Jadi kita ini membuat permusuhan dalam periode yang panjang dengan sungai Ciliwung,” imbuh JJ.
Dia berharap, pemerintah ketika merencanakan proyek untuk sungai Ciliwung apakah itu sebutannya naturalisasi atau normalisasi ada baiknya mengedepankan ekosistem besar. Karena lewat proyek itu yang kita rusak adalah ekologinya. Sejauh ini, menurut dia, konsep yang pernah dijalankan Presiden Jokowi terkait pengelolaan sungai Ciliwung sudah benar.
“Cuma yang kita harapkan omongannya ini nggak hanya sebatas akrobat public relation saja. Jadi harus benar-benar menjadi patok kesadaran baru untuk mengkoreksi ekologi yang rusak yang bisa dimulai dengan mangaudit rencana tata ruang kenapa menjadi tata uang?” tandasnya.[sgh]
Ini video pendek Jakarta Kota Air :