Viral Jemaah Memaki Ustaz Karena Tak Selenggarakan Salat Jumat, Gagal Paham?

  • Whatsapp

INDOPOLITIKA.COM –  Beredar video di media sosial yang baik twitter maupun grup percakapan WhasApp yang menunjukkan ekspresi marah seorang pria karena salat jumat di masjid ditiadakan. Belum jelas di masjid mana video itu diambil.

Ada juga kegiatan pengajian di sebuah masjid di Sunter Jakarta Utara di tengah pemerintah provinsi DKI tengah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang terpaksa harus dibubarkan petugas. Setelah dilakukan rapid test 24 orang Jemaah pengajian tersebut diinikasikan tertular virus covid-19.

Muat Lebih

Sebagian masyarakat Indonesia diduga masih ada yang menganggap enteng corona. Mereka tetap melakukan aktivitas normal, bahkan hang out di tempat keramaian. Ada yang berpandangan “Ngapain takut corona, mati mah mati aja, Takut sama Allah”. Ternyata Islam mengajarkan betapa pentingnya menghindari hal-hal yang beresiko pada kesehatan diri.

Yusuf Hidayat, Dekan Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia Jakarta, menganggap kemarahan sebagian orang atas fatwa anjuran meniadakan Sholat Jumat saat wabah corona ini karena mereka gagal paham bahwa fatwa para ulama itu dikeluarkan justru karena rasa takut mereka kepada Allah.

“Sebagai ulama mereka tidak bisa lepas dari tanggung jawab keumatan. Mereka sadar betul akan bersarnya tanggung jawab di hadapan Allah terkait keselamatan jiwa umat yang dipimpinnya.” ujar Yusuf, Ahad (19/4/2020)

Dalam berbagai kesempatan, Nabi Muhammad menunjukkan ketidaksukaannya pada keinginan seseorang untuk mati atau menantang kematian dalam kondisi apapun. Muslim diajarkan mencari cara apa saja agar bisa bertahan hidup dan terhindar dari penyakit.

Di zaman Rasulullah, muncul penyakit menular yakni hansen (dulu disebut kusta atau lepra). Penderita penyakit ini dapat dikenali dari lesi (area jaringan yang telah rusak karena cedera atau sakit) pada kulitnya sehingga bisa dilihat dari luar.

“Untuk mencegah dari terluar penyakit ini Rasulullah memerintahkan untuk menjauh dari si penderita. Atau dengan kata lain agar dilakukan isolasi terhadap penderita agar tidak menular kepada mereka yang sehat.” ungkapnya.

Yusuf melanjutkan, bagi para ulama, membiarkan keselamatan jiwa manusia terancam oleh virus Corona dengan membolehkan mereka berkumpul dalam jumlah besar dalam ruang dan waktu yang sama adalah sebuah tindakan yang bisa menimbulkan kerusakan karena mengancam keselamatan jiwa.

Fatwa itu dikeluarkan, lanjut Yusuf, justru karena rasa takut mereka kepada Allah subhanahu wata’ala. Mereka sadar betul akan besarnya tanggung jawab di hadapan Allah atas kemaslahatan umat dengan lebih mendahulukan upaya menghindari kerusakan (mafsadat) daripada mencari kebaikan (mashalih). Jadi tidak benar para ulama itu telah menempatkan virus Corona (Covid-19) lebih tinggi di atas tuhannya.

Yusuf mengajak ummat Islam terutama yang berada di zona merah seperti DKI Jakarta saat ini untuk menahan diri dari prilaku yang tanpa ilmu, serahkan pada ulama yang kompeten dalam menyikapi masalah keagamaan terkait dengan masalah covid-19.

“Jangan ragukan rasa takut mereka pada Allah SWT. Mari ikuti ketentuan pemerintah yang bertujuan menghindari mafsadat yang lebih besar yaitu nyawa manusia sebagai bagian penting dari maqoshid syariah.” pungkasnya. [rif]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *